Potensi Desa Bondo
Asal mula Desa Bondo dimulai dari seorang bangsawan bernama Ki Tunggul Wulung yang membuka lahan baru atau dalam bahasa jawa sering disebut “mbabat alas” yang sekarang dikenal dengan nama Bondo. Ki Tunggul Wulung menyebarkan agama Kristen sehingga sampai saat ini sebagian besar warga di Desa Bondo tersebut beragama Kristen. Pada awalnya aktivitas di Desa Bondo hanya berupa aktivitas pertanian. Namun dengan adanya pertumbuhan penduduk maka aktivitas di Desa Bondo juga mengalami perkembangan menjadi beberapa aktivitas lain seperti industri pengolahan ikan, industri meubel, dan pariwisata.
Secara topografi Desa Bondo terbagi dalam tiga wilayah yaitu wilayah pantai atau perairan di bagian barat, wilayah dataran rendah di bagian tengah, dan wilayah pegunungan di bagian timur dengan kondisi topografi pada ketinggian antara 97-100m dari permukaan laut. Letaknya yang berada di pesisir pantai mendorong sektor perikanan di desa tersebut menjadi sektor yang potensial.
Adanya sektor perikanan menjadi prioritas utama dalam kontribusi perekonomian di Desa Bondo. Hal ini dapat dilihat dengan adanya home industry dimana yaitu kegiatan pengolahan hasil perikanan yang didukung dengan adanya kelompok Mulya Bakti yang berinisiatif untuk mengolah hasil perikanan menjadi makanan seperti kerupuk tenggiri, abon tuna, sosis, dll. Bahkan distribusi hasil produksi tersebut sampai ke luar Kabupaten Jepara sehingga dapat menambah pendapatan bagi penduduk di Desa Bondo. Untuk hasil produksi pertanian dan perkebunan Desa Bondo juga mampu memberikan kontribusi perekonomian yang cukup besar. Dapat diketahui bahwa hasil pertanian di Desa Bondo tersebut memiliki kualitas yang baik dan hasil perkebunannya telah didistribusikan sampai ke kota-kota besar seperti Semarang dan Surabaya.
Lokasi wisata lainnya yang terkenal adalah Telaga Sejuta Akar. Telaga sejuta akar merupakan obyek wisata baru dengan pemandangan utama berupa pohon karet dan mata air menyerupai telaga. Berlokasi + 25 km dari pusat kota Jepara.
Dalam aspek demografi, penduduk Desa Bondo mayoritas beragama Islam dan Kristen dengan perbandingan yang sama besar. Meskipun demikian, kerukunan umat beragama di Desa Bondo sangat tinggi, hal ini terlihat adanya kegiatan sosial berupa pawai takbir keliling dimana selain diikuti umat Islam juga diikuti umat Kristen terutama pemuda yang merupakan mayoritas warga di desa ini. Selain itu, bentuk sosial masyarakat Desa Bondo juga terlihat pada acara pemakaman dimana apabila yang meninggal beragama non Islam, maka pada saat pemakaman masyarakat yang beragama Islam turut berpartisipasi membantu acara pemakaman tersebut, begitu juga sebaliknya.
Permasalahan Desa Bondo
Dengan melimpahnya sumber daya alam yang tersedia serta kondisi fisik yang mendukung aktivitas warganya, seharusnya kesejahteraan masyarakat Desa Bondo dapat terjamin. Namun, kenyataannya kesejahteraan masyarakat Desa Bondo saat ini belum merata. Hal ini disebabkan belum maksimalnya sistem distribusi hasil industri dan pertanian tersebut. Pemerintah pun terkesan masih setengah-setengah dalam membantu mengembangkan aktivitas warganya. Hal ini terlihat dari birokrasi yang masih cukup rumit dalam penyaluran bantuan kepada masyarakat Desa Bondo dalam mengembangkan aktivitasnya.
Selain hasil alamnya, Desa Bondo juga memiliki kondisi fisik alam yang potensial untuk dikembangkan sebgai penunjang kesejahteraan masyarakatnya. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya tempat wisata alam yang memiliki pemandangan serta suasana yang menarik minat para wisatawan baik dari dalam maupun luar Desa Bondo. Namun, kurang optimalnya peran serta masyarakat dan pemerintah dalam mengembangkan aktivitas pariwisata tersebut menjadi kendala utama tidak berkembangnya potensi wisata alam di Desa Bondo.
selain itu penggunaan lahan yang sebagian besar dimanfaatkan untuk aktivitas permukiman dan pertanian, menyebabkan dampak tidak langsung pada aktivitas lainnya. Sebagai contoh, lokasi wisata pantai Bondo yang berada di sekitar permukiman warga menyebabkan lokasi tersebut berupa tanah pemacikan (tanah milik warga), hal ini mempersulit usaha pemerintah untuk mengembangkan Pantai Bondo karena warga menolak tanahnya dibeli untuk dijadikan tempat wisata. Warga sekitar saat ini memanfaatkan pantai Bondo untuk mengadakan acara-acara seperti pertunjukan musik rakyat yang keuntungannya dibagi rata pada masyarakat sekitar pantai sesuai dengan kontribusinya. Uang hasil keuntungan tersebut juga digunakan untuk memperbaiki fasilitas pantai Bondo seperti jalan, tempat sampah dan rambu-rambu peraturan di pantai Bondo. Maka dari itu, seharusnya pemerintah dan masyarakat sekitar lebih peka dalam menanggapi hal ini mengingat potensi tersebut dapat dikembangkan sebagai penunjang kesejahteraan masyarakat Desa Bondo.
Belum meratanya kesejahteraan masyarakat Desa Bondo menjadi salah satu masalah utama yang perlu diprioritaskan untuk segera diselesaikan. Kurangnya lapangan kerja yang ada di dalam Desa Bondo, Tingkat pendidikan yang rendah, serta terhambatnya sistem distribusi barang dan jasa akibat masih buruknya aksesibilitas menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi belum meratanya kesejahteraan masyarakat tersebut. Pemerintah sebagai elemen utama yang bertanggung jawab atas kesejahteraan warganya tentu harus memberikan perhatian khusus dan segera mencari solusi terhadap permasalahan ini.
Dalam aspek infrastruktur, secara umum kondisi perhubungan dan transportasi di wilayah Desa Bondo utamanya jaringan jalan dalam kondisi yang buruk. Hampir sebagian jalan di desa Bondo masih tanah yang sangat sulit dilalui oleh kendaraan angkutan sehingga beberapa dukuh di wilayah Desa Bondo mengalami keterisolasian dengan pusat desa. Contohnya Dukuh Ngelak Mulyo dan Dukuh Ombak Mati. Jaringan jalan poros desa yang terdapat di Desa Bondo (utama desa) mempunyai kondisi yang kurang baik. Kondisi jalan buruk ini merupakan salah satu penyebab lambatnya perkembangan atau pertumbuhan yang ada di wilayah Desa Bondo. Dalam kaitannya dengan sistem pergerakan transportasi angkutan desa Bondo masih sangat kurang utamanya pada desa pusat pertumbuhan hal ini dimungkinkan tingkat pergerakan yang ada di desa Bondo kecil dikarenakan kondisi jaringan jalan yang rusak terutama di Jalur Bangsri – Bondo – Kaliyaman). Trayek angkutan pedesaan tersebut saat ini sudah menjangkau desa namun masih terbatas. Masalah yang dihadapi pada sarana jalan Desa Bondo itu yaitu dalam pencapaian di beberapa dukuh masih ada yang sangat sulit dilakukan terutama pada saat musim hujan karena belum beraspal, belum terpadunya sistem transportasi lokal yang ada khususnya yang melalui desa, sangat terbatasnya angkutan umum yang ada untuk menjangkau seluruh Desa Bondo terutama dukuh yang memiliki aksesibilitas yang kurang memadai. Belum adanya sarana pendukung bagi kelancaran arus pergerakan tranportasi seperti sub terminal angkutan dan halte, pemeliharaan jalan oleh masyarakat belum dapat dilakukan secara optimal walaupun telah ada penarikan retribusi yang dilakukan masyarakat terhadap beberapa kendaraan yang masuk ke Desa Bondo.
No comments:
Post a Comment